Oleh: Saiful Hadi Dalam sejarah Islam di Nusantara, kolaborasi antara pemimpin dan ulama sering kali melahirkan karya besar yang menjadi war...
Oleh: Saiful Hadi
Dalam sejarah Islam di Nusantara, kolaborasi antara pemimpin dan ulama sering kali melahirkan karya besar yang menjadi warisan berharga. Salah satu contoh terbaiknya adalah hubungan antara Sultanah Tajul Alam Safiyatuddin Syah, pemimpin Aceh yang visioner, dan Asy-Syekh Abdurrauf As-Singkili, atau yang lebih dikenal dengan Syiah Kuala. Inspirasi dan dukungan Sultanah Safiyatuddin Syah (1641-1675M) telah mendorong lahirnya Mira'tuth Thulab.
Kitab ini ditulis tangan pada abad 17 dengan ketebalan lebih kurang 650 hlm dengan menggunakan redaksi bahasa Arab Jawi, kitab tersebut dikarang atas permintaan sulthanah ketika memimpin Aceh pada masa itu. Penyusunan kitab ini selesai pada paruh kedua abad 17, bertepatan dengan hari sabtu 8 jumadil akhir 1083 H/1 oktober 1672 M.
"Ilmu dan kepemimpinan adalah dua sayap yang mengangkat peradaban, seperti yang diteladankan Sultanah Safiyatuddin Syah dan Syiah Kuala."
Sebagai seorang pemimpin wanita, Sultanah Safiyatuddin Syah menunjukkan bagaimana kebijaksanaannya tidak hanya membawa stabilitas bagi kerajaan, tetapi juga mendorong perkembangan ilmu pengetahuan. Dukungan beliau kepada Syiah Kuala untuk menyusun Mira'tuth Thulab menjadi bukti nyata pentingnya sinergi antara kepemimpinan dan keilmuan dalam membangun peradaban.
Kitab yang selesai ditulis pada 1672 ini memuat panduan hukum Islam yang terfokus pada masalah muamalah, seperti riba, kepemilikan, hingga pembebasan budak. Selain berfungsi sebagai rujukan hukum, kitab ini juga memberikan arahan bagi para penguasa dalam memutuskan perkara rakyatnya dengan adil.
"Sultanah Safiyatuddin Syah membuktikan bahwa kepemimpinan Muslimah dapat menjadi cahaya bagi perkembangan ilmu dan syariat."
Karya Mira'tuth Thulab tidak hanya menjadi saksi kepemimpinan Sultanah Safiyatuddin Syah, tetapi juga menunjukkan perannya sebagai mitra utama bagi Syiah Kuala dalam menyebarkan Mazhab Syafi’i di Aceh. Sinergi ini merupakan gambaran yang indah bagaimana Islam mengajarkan bahwa ilmu dan kepemimpinan harus berjalan beriringan untuk menciptakan kemaslahatan bagi umat.
COMMENTS