Oleh: Saiful Hadi Ada sepotong kisah menarik mengenai Al Qadhi 'Iyadh, salah seorang sab’atu rijal, yaitu tujuh wali dan ulama besar y...
Oleh: Saiful Hadi
Ada sepotong kisah menarik mengenai Al Qadhi 'Iyadh, salah seorang sab’atu rijal, yaitu tujuh wali dan ulama besar yang makamnya paling banyak diziarahi di Marrakesh, Maroko.
Suatu ketika, beliau berkunjung ke rumah salah seorang sahabatnya dan menemukan sebuah kitab yang menarik. Kitab tersebut adalah karya sahabatnya yang baru selesai ditulis. Karena begitu tertarik, Al Qadhi 'Iyadh pun meminta izin untuk meminjamnya sehari agar bisa membaca dengan lebih mendalam di rumah. Sahabatnya pun mengizinkannya.
Setibanya di rumah, beliau segera membaca kitab tersebut dengan penuh perhatian. Malam itu, beliau begitu tenggelam dalam isi kitab hingga tak menyadari bahwa istrinya beberapa kali memanggilnya. Sang istri, yang merasa diabaikan, mulai diliputi rasa cemburu. Bagaimana mungkin kitab itu lebih menarik daripada dirinya?
Keesokan paginya, setelah menunaikan shalat Subuh di masjid, Al Qadhi 'Iyadh pulang ke rumah dan mencium aroma aneh dari dapur. Ketika bertanya kepada istrinya, ia hanya menjawab singkat, “Lihat saja sendiri.”
Betapa terkejutnya beliau saat mendapati bahwa kitab yang dipinjamnya telah menjadi abu di dalam tungku. Sang istri, yang terbakar rasa cemburu, telah membakarnya habis.
Namun, tanpa marah atau kecewa berlarut-larut, Al Qadhi 'Iyadh segera bergegas ke ruang bacanya. Dengan ketenangan dan daya ingat luar biasa, beliau menyalin kembali kitab yang telah dibakarnya, mengandalkan hafalan dari bacaan semalam. Tak ada satu pun yang terlewat.
Keesokan harinya, beliau mengembalikan kitab tersebut kepada sahabatnya. Sambil menyerahkan salinan yang telah ditulis ulang, beliau bertanya, “Apakah ada yang kurang?” Sahabatnya membaca dan menjawab dengan kagum, “Semua isi pas, tidak ada yang kurang sedikit pun.”
Kisah ini bukan hanya menggambarkan kecerdasan dan daya ingat luar biasa Al Qadhi 'Iyadh, tetapi juga mengajarkan kita tentang kesabaran dalam menghadapi ujian dalam rumah tangga. Sebagaimana ungkapan bijak:
"Kesabaran seorang ulama menghadapi cobaan adalah cahaya yang menerangi jalan ilmu."
Sebagai suami, hendaknya kita bersabar dalam mendidik istri dan peka terhadap perasaannya. Jangan sampai kesibukan dengan ilmu—atau zaman sekarang, dengan smartphone—membuat kita lalai dalam menjaga hubungan dengan pasangan.
- [accordion]
- Dukung Kami
- Ummi Shalehah berjalan atas kerja keras seluruh jejaring penulis dan editor. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan catatan atau video yang mengedukasi publik dengan nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil Alamin, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan website ini. Tranfer Donasi mu di sini:
Paypal: hadissoft@gmail.com | atau BSI 7122653484 an. Saiful Hadi
COMMENTS