Oleh: Saiful Hadi Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga bulan perjuangan. Sejarah mencatat bahwa di bulan yang penuh berkah ini...
Oleh: Saiful Hadi
Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga bulan perjuangan. Sejarah mencatat bahwa di bulan yang penuh berkah ini, banyak peristiwa besar yang menunjukkan kegemilangan umat Islam dalam menegakkan kebenaran dan meraih kemenangan. Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 H menjadi bukti bahwa keimanan dan keteguhan hati mampu mengalahkan jumlah dan kekuatan yang lebih besar. Fathu Makkah pada 21 Ramadhan 8 H adalah puncak kemenangan Rasulullah ï·º dalam menyebarkan Islam dengan damai, dan Bebasnya Baitul Maqdis pada 13 Ramadhan tahun 15 H oleh Khalifah Umar bin Khattab ra menunjukkan bagaimana ketakwaan dan kepemimpinan yang adil mampu membawa kemuliaan.
Ramadhan: Bulan Pembuktian Diri
Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih diri dalam berbagai aspek kehidupan. Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Dari ayat ini, jelas bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk ketakwaan. Ketakwaan bukan hanya tentang ibadah ritual, tetapi juga pengendalian diri, kejujuran, dan kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian. Ramadhan menjadi momentum untuk membuktikan sejauh mana kita bisa berdisiplin dan meningkatkan kualitas keimanan.
Puasa Fisik dan Puasa Hati
Sejatinya, puasa memiliki tingkatan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin membagi puasa menjadi tiga tingkatan:
- Puasa Umum (Shaumul ‘Am) – Menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri sejak terbit fajar hingga maghrib.
- Puasa Khusus (Shaumul Khawash) – Menahan diri tidak hanya dari yang membatalkan puasa secara lahiriah, tetapi juga menjaga seluruh pancaindra dari hal-hal yang tidak baik.
- Puasa Istimewa (Shaumul Khawashil Khawash) – Puasa tingkat tertinggi, di mana seseorang tidak hanya menahan diri dari hal-hal fisik, tetapi juga menjaga hatinya dari penyakit-penyakit seperti riya’, sombong, iri, dan dengki.
Oleh karena itu, bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan bagi jiwa dan raga. Mata harus berpuasa dari hal-hal yang haram dan tidak bermanfaat, telinga harus dijaga dari mendengar hal yang sia-sia, lisan harus dijaga dari perkataan yang menyakitkan, dan hati harus dipenuhi dengan niat baik serta dzikir kepada Allah SWT.
Ramadhan sebagai Bulan Prestasi dan Peningkatan Diri
Generasi terdahulu tidak menjadikan Ramadhan sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Justru, mereka menjadikannya sebagai waktu terbaik untuk meningkatkan produktivitas. Rasulullah ï·º dan para sahabat tetap berperang, berdakwah, dan bekerja meskipun dalam keadaan berpuasa.
Karenanya di bulan ini, kita pun harus menjadikannya sebagai momentum untuk meningkatkan prestasi, baik dalam bidang ibadah, ilmu, maupun amal sosial. Ramadhan ini harus dijadikan momen terbaik untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ibadah, serta berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan begitu, kita tidak hanya mendapatkan lapar dan dahaga, tetapi juga keberkahan, kemenangan, dan predikat "taqwa" yang dijanjikan Allah SWT.
- [accordion]
- Dukung Kami
- Ummi Shalehah berjalan atas kerja keras seluruh jejaring penulis dan editor. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan catatan atau video yang mengedukasi publik dengan nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil Alamin, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan website ini. Tranfer Donasi mu di sini:
Paypal: hadissoft@gmail.com | atau BSI 7122653484 an. Saiful Hadi
COMMENTS